Latest News

Sistem Tanggung Renteng Ala SBW

Minggu, 14 Juni 2009 , Posted by Majid Hamidi Nanlohy at 13.30

Kko­perasi simpan pinjam (KSP) yang mene­mukan sendiri sistem mana­jemen­nya? Salah satu­nya, Koperasi Setia Bhakti Wanita (SBW) Jawa Timur.

Bagi kalangan koperasiwan KSP, manajemen tanggung renteng ala SBW sudah dikenal. Hj Yoos Siti Aisyah Lutfi, sang ar­sitek SBW me­ngenai filosofi, prinsip kerja, dan pe­ne­rapan manajemen tanggung ren­teng.

Sejak awal berdiri (1978), KSP SBW menganut sistem tanggung ren­teng. Penerapannya, kepada setiap ang­gota diberi keleluasaan mem­bentuk yang berjumlah 20 sampai 30 orang. Di dalamnya terbentuk inter­aksi kebutuhan antar anggota. Satu sama lain saling menopang dan ikut bertanggung jawab terhadap kewa­jiban kelompok.

Saat pembentukan kelompok, pihak SBW tidak ikut menentukan siapa saja anggota kelompok yang akan dipilih. Kelompok itu sendiri yang memutuskan: Apakah seseorang bisa diterima atau tidak menjadi ang­gota kelompok.

Salah satu nilai yang yang ingin dibentuk melalui pem­bentukan kelompok dan dengan sistem tanggung renteng adalah sikap tanggung jawab setiap anggota kepada lembaga koperasi dan orang lain. Hasilnya, jika jumlah kelompok di SBW tahun 2003 mencapai 359 ke­lom­pok, per akhir Agustus 2005 jum­lah kelompok sudah mencapai lima ratusan lebih.

Sistem tanggung renteng, mempermudah mengatur anggota SBW yang sudah mencapai puluhan ribu orang. Manfaat lainnya akan mengurangi tingkat pinjaman macet betul-be­tul nol persen. Kenapa bisa berhasil? Sebab setiap anggota yang akan mengajukan pin­jam­an oleh anggota kelompok yang sama. Mereka juga selalu berusaha jangan sampai pinjamannya macet. Kalau sampai macet orang lain bisa repot.

Sistem tanggung renteng yang di­terapkan SBW awalnya menakut­kan, karena itu menyangkut pinjaman uang. Apalagi diembel-embeli dengan sistem tanggung renteng. Namun, setelah memperoleh penjelasan detail, banyak masyarakat sekitar tertarik untuk bergabung menjadi anggota kope­rasi. Awalnya takut akhirnya terpincut.

Sistem tanggung renteng ternyata menghasilkan interaksi antaranggota yang sangat solid. Dalam praktiknya, interaksi antaranggota menjadi sema­cam konsultasi gratis.

Untuk tahap awal, anggota tidak boleh asal nyelo­nong meminjam langsung ke ko­perasi.
Anggota harus permisi kepada se­sama anggota kelompok, berarti ca­lon peminjam sedang membuat ko­mit­men yang tidak main-main. Me­minjam uang dan harus mengem­balikan tepat waktu. Lebih baik lagi sebelum jatuh tempo. Kalau ini bisa diamalkan, bukan hanya si peminjam yang dapat nama baik. Kelompok pun terangkat pamornya.

Sebaliknya, jika peminjam berma­sa­lah dengan kreditnya, dia langsung ter­kena sanksi “cap hitam” (black list). Ti­dak lain, karena ulah satu anggota, selu­ruh anggota dalam kelompok ha­rus me­nanggung masalah si pe­minjam ma­cet. Inilah inti sistem tanggung renteng.

Penerapan sistem tanggung renteng secara konsisten bisa mengalahkan bank. Kok bisa? Ya, karena ang­gota yang pinjam uang sama sekali ti­dak perlu harus ada jaminan atau agunan. Yang menjamin tidak lain adalah anggota lain dalam kelompok.

Seluruh anggota yang mere­ko­mendasi sekaligus bertanggungjawab. Maka itu, masing-masing anggota harus benar-benar menjaga keper­ca­yaan yang diberikan para anggota da­lam satu kelompok.

Kepercayaan yang diberikan se­cara bertahap. Seluruh ang­gota merekomendasikan ke KSP SBW agar pinjaman pertama calon pemin­jam dikabulkan misalnya Rp 600 ribu. Pada tahun kedua disetujui Rp 800 ri­bu, dan pinjaman ketiga baru boleh Rp 1 juta.

Pertimbangan itu dise­su­aikan dengan kemampuan anggota mengangsur hingga lunas.
Jika satu anggota terbukti tepat waktu menggembalikan angsuran, setelah 70% mengangsur dia sudah bo­leh meminjam lagi. Tentu saja se­telah melalui konsultasi dan izin dari seluruh anggota kelompok.

Penerapan tanggung renteng men­junjung nilai kebersamaan, bukan ba­sa-basi. Maksudnya, anggota kelom­pok selalu ikut memikirkan dan selalu peduli jika anggota yang lain sedang butuh uang. Berarti pula emansipasi juga muncul secara spontan. Hebat memang SBW...

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar